Kamis, 03 November 2011

kisah sebatang pohon apel

Konon tinggalah di suatu desa seorang anak laki-laki yang suka sekali bermain dengan sebatang Pohon Apel. Setiap hari anak ini bermain, memanjat pohon apel, dan memakan buahnya sambil tidur-tiduran di dahannya. Si anak ini begitu akrabnya dengan pohon apel, sampai-sampai setiap hari tak ada waktu yang terlewatkan tanpa bermain dengan pohon apel. Si anak laki-laki sayang sekali dengan si pohon apel, demikian jg sebaliknya. Pohon apel ini begitu menyayangi si anak laki-laki tadi.

Dan waktu pun berlalu, tahun berganti tahun. Dan tiba-tiba suatu hari, si anak laki-laki tadi tak muncul lagi untuk mengajak si pohon apel bermain. Pohon apel berharap setiap hari, bahwa semoga suatu ketika ia bisa kembali melihat si anak laki-laki yang disayanginya itu, dan mengajaknya bermain lagi. Hingga akhirnya, lewatlah anak yang dimaksud di hadapannya. Dan dengan cepat pohon apel memanggilnya.

“Nak, ayo sini, main lagi denganku, aku kangen sekali bermain-main denganmu. Buahku sangat manis, cobalah..” kata pohon apel.

Namun dengan segera, si anak menjawab, “tidak, aku sudah besar, aku tidak mau lagi bermain dengan pohon apel”.

Pohon apel begitu sedih, dan bertanya, “lalu apa yang kau inginkan?”

“Aku mau mobil-mobilan seperti temanku yang lain”. Jawab sang anak laki-laki ini.

Dan pohon apel pun menjawab. “Sayang sekali anakku, aku tidak punya uang, tapi jika engkau mau. Kau boleh memetik semua buahku dan kau jual ke pasar, dan nanti uangnya bisa kau belikan mobil-mobilan”. Demikian jawaban sang pohon apel.

Dan itu pun dilakukan oleh si anak tadi. Ia pun memetik habis seluruh buah apel si Pohon apel & menjualnya ke pasar. Uangny pun ia belikan mobil-mobilan sesuai keinginannya. Dan setelah itu si anak menghilang lagi. Ia telah asyik bermain dengan mainan barunya. Dan tinggalah si Pohon apel sendiri merindukan si anak laki-laki untuk bermain-main bersama lagi. Lama si pohon apel merindukan si anak.

Pada suatu hari muncul lagi si anak di depannya. Dan dengan segera pohon apel menyapa. “Mari anakku, kita bermain-main lagi seperti dulu, aku kangen sekali denganmu” kata pohon apel.

Dan si anak menjawab, “Enggak, aku sudah dewasa, aku sudah malu bermain-main dengan pohon apel, yang ku inginkan sekarang adalah membangun sebuah rumah untuk keluargaku”. Jawab anak laki-laki ini.

“Sayang sekali anakku, aku tidak punya cukup uang untuk membangunkanmu rumah. Tp jika kau mau, Kau boleh memangkas semua rantingku untuk kau jadikan rumah”.Kata si pohon apel pada anak laki-laki tadi.

Dan sekali lagi, ini pun dilakukannya. Ia memangkas habis semua ranting dan membangun sebuah rumah untuk keluarganya. Dan kembali anak laki-laki ini asyik menghabiskan waktu bersama keluarga barunya, dan tinggalah si pohon apel sendiri. Bersama kerinduannya.

Waktupun pun berlalu, dan pada suatu hari, lewatlah si anak laki-laki muncul melintas di depan pohon apel. Dengan cepat pohon apel menyapanya, “Nak, mari bermain lagi denganku, aku kangen sekali denganmu”. Katanya.

Sang anak pun menjawab, “Enggak, aku tidak punya waktu untuk bermain dengan pohon apel lagi. Yang kuinginkan sekarang adalah membeli sebuah perahu kecil untuk aku gunakan pergi ke tengah danau dan memancing bersama anakku”.

Dan lagi-lagi pohon apel menjawab, “sayang sekali anakku, aku tidak punya uang, tapi jika engkau mau, kau boleh memotong batangku untuk kau jadikan perahu, agar kau bisa memancing bersama anakmu di danau sana”. Kata pohon apel.

Dan sayangnya, ini pun di lakukan si anak tadi. Ia memangkas habis seluruh batang pohon apel. Dan menjadikannya perahu. Setelah itu, ia lupa lagi dengan pohon apel, dan menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang memancing bersama anaknya.

Dan tahun-tahun pun berlalu. Hingga pada suatu ketika, sang anak datang, dan kali ini pohon apel menyapa berbeda. “Anakku, kini aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya tinggal akarku saja yang tersisa”. Kata pohon apel.

Sang anak pun menjawab, “aku pun juga sudah tua, aku sudah tidak mau apa-apa lagi. Yang kuinginkan hanyalah tempat istirahat yang nyaman untuk menikmatai masa tuaku”.

Dan pohon apel pun menjawab, “tahukah kau anakku, bahwa akar pohon apel begitu nyaman untuk kau jadikan sandaran kepala?”.

Begitulah saran pohon Apel, dan kali ini si anak laki-laki pun akhirnya beristirahat, menyandarkan kepalanya di atas akar pohon apel tadi, sambil dipeluk hangat oleh Pohon apel yang meneteskan air mata kerinduan terhadapnya.

******

Sering kita memeras semua sumber daya orang tua kita hanya untuk kesenangan kita. Dan meninggalkannya setelah kita mendapat apa yang kita mau. Kita tak segan memetik seluruh buahnya, memotong semua rantingnya, memangkas habis batangnya. Smua untuk keinginan kita. Dan selalu, kita asyik dengan hal baru yang kita temui. Mainan, profesi, pacar, suami/istri, gaya hidup, dll. Yang orang tua kita inginkan sama seperti pohon apel. Mereka rindu “bermain” lagi bersama dengan kita anaknya yang dulu digendongnya.

Kita berwisata di tempat yang kita inginkan, tapi orang tua, kita tinggalkan sendiri di rumah saja. Kita keluar masuk cafe, restoran, makan apa yang kita mau. Mengajak pacar/pasangan, tapi orang tua kita makan seadanya di rumah. Mereka adalah “pohon apel” yang kini tinggal akar saja. Dan apakah kita masih tak mau menemaninya? Setelah buah, ranting dan batangnya kita ambil?

Saya teringat bagaimana saya begitu egois minta dibelikan mainan ketika kecil, dan saya tidak pernah mau tahu uang itu dari mana. Padahal ibu saya hanya berjualan es teh di pinggir jalan yang tak seberapa untungnya. Tapi beliau tetap membelikannya.

“Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini ibu.., Dan kini aku berjanji, tak akan pernah ku tolak sedikitpun apa yang menjadi keinginanmu. Aku tak mau menyesal dgn masih menyisakan keinginanmu yang belum aku penuhi nanti diujung usiamu. Meski tak mungkin aku mampu mengganti semua “apel, ranting dan batang” yang pernah aku ambil darimu, tapi aku tak mau membuatmu rindu kesepian karena ketidak adaanku. Aku akan selalu menemanimu orang tuaku”.

Sekian cerita Anak dan si Pohon Apel. Semoga mengingatkan teman2 semua. Siapa kita dan seperti apa kita selama ini. Dan doakan saya agar menjadi anak yang berguna, berbakti dan bisa dibanggakan oleh kedua orang tua saya. Amin.

#LStory

Oke sahabat, Semoga Bermanfaat dan Menginspirasi..

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More